Kau datang bagai hujan
Membasahi tanah hatiku yang telah lama kering
Kau beri aku sejuta indah
Hanyutkanku dalam tawaku yang telah lama tandus
Setenang tetes air
Kau bawa aku dalam duniamu yang sejuk
Payung terbuka mengoyang – goyang di tanganku
Tak sabar ingin menemuimu
Perahu kertas yang kau buat
Kini telah berlabuh di hatiku
Bagaikan arloji yang buram berair kacanya,
Hatiku penuh dengan namamu
Air yang menetes di pinggir – pinggir payung itu
Menyihirku agar tak lagi melihat diriku yang lalu
Derasnya hujan telah menghapus lelahku,
Kini yang tersisa hanyalah tawamu
Dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan
Rintik rinduku kepada pohon berbunga itu,
Menghapus jejak kaki yang ragu-ragu di jalan itu
Kan ku biarkan tak terucap diserap akar pohon bunga itu
Membasahi tanah hatiku yang telah lama kering
Kau beri aku sejuta indah
Hanyutkanku dalam tawaku yang telah lama tandus
Setenang tetes air
Kau bawa aku dalam duniamu yang sejuk
Payung terbuka mengoyang – goyang di tanganku
Tak sabar ingin menemuimu
Perahu kertas yang kau buat
Kini telah berlabuh di hatiku
Bagaikan arloji yang buram berair kacanya,
Hatiku penuh dengan namamu
Air yang menetes di pinggir – pinggir payung itu
Menyihirku agar tak lagi melihat diriku yang lalu
Derasnya hujan telah menghapus lelahku,
Kini yang tersisa hanyalah tawamu
Dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan
Rintik rinduku kepada pohon berbunga itu,
Menghapus jejak kaki yang ragu-ragu di jalan itu
Kan ku biarkan tak terucap diserap akar pohon bunga itu
we ! ngapain kamu buat blog kayak gini ?!
BalasHapussungguh gila !
BalasHapus